Minggu, 03 Juli 2011

Bencana Alam Banjir di Indonesia Dan Mitigasi Bencana



ABSTRAK
Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air yang berasal dari ssumber-sumber air di sekitar daratan. Banjir terjadinya karena sumber-sumber air tersebut tidak mampu lagi menampung banyaknya air, baik air hujan, sallju yang mencair, maupun air pasang. Sehingga air meluap melampaui batas-bats sumber air.
Ada 3 jenis banjir yang umum terjadi, diantaranya:
1.                        Banjir Sungai, umumnya terjadi secara berkala. Meluapnya sungai terjadi karena hujan lebat. Pada saat musim hujan di Indonesia sering terjadi banjir.
2.                        Banjir danau, air danau dapat meluap ke daratan karena badai atau angin yang sangat  besar.banjir danau juga dapat terjadi karena tanggul jebol.
3.                        Banjir pasang, dapat terjadi karena angin topan, letusan gunung api dan gempa bumi
Dampak terjadinya banjir:
-     Banjir merupakan bencana alam yang merugikan kehidupan, namun banjir juga dapat menguntungkan bagi lingkungan, dan ada dampak positif dan negatif bagi mnusia dan lingkungannya. Dampak positif, menyuburkan tanah di sekitar aliran, karena banjir mengangkut tanah yang subur dari hulu. Dampak negative, merusak rumah dan harta benda yang lain, menggenangi daerah pertanian, persediaan air bersih menjadi berkurang.










BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dunia saat ini semakin sering dilanda banjir dan semakin hebat dari tahun ke tahun. Ancaman banjir kian sulit diprediksi di samping ancaman bencana alam lainnya. Banjir di beberapa negara lain membuat kita semakin terenyuh. Kita juga di sini juga selalu didatangi oleh banjir seperti ketika memasuki tahun 2011, di mana kota Medan diterpa banjir yang menyesakkan. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan banjir kiriman dari daerah penyangga yang semestinya berfungsi menjadi daerah resapan air bila kondisi debit air meningkat bisa terserap. Kini semuanya telah berubah, lahan-lahan yang semula menjadi penampungan air, kini banyak diuruk menjadi perumahan elite. Alhasil, air tidak terserap, tetapi meluber dan menggenangi pemukiman penduduk.
Ancaman banjir kian sulit diprediksi kini setiap orang dituntut untuk berperan serta dalam program pelestarian lingkungan dalam mengatasi banjir. Setiap orang perlu memiliki kesadaran untuk menjaga sistem drainase di sekitar pemukimannya. Gaya hidup ramah lingkungan akan memberi manfaat untuk ketersediaan air. Sehingga, orang mempunyai akses langsung kepada air bagi kehidupan. Di Indonesia, kesadaran terhadap pentingnya drainase terbilang kurang, karena banyak yang menganggap negara kita kaya akan water resource. Padahal, kontribusi sekecil apapun akan sangat berpengaruh. Salah satu solusi alternatif meminimalkan dampak banjir yang bisa dilakukan adalah dengan teknologi lubang serapan Biopori atau mulsa vertikal. Dampaknya luar biasa untuk menyelamatkan lingkungan khususnya menjaga ketersediaan air tanah dan meminimalkan dampak banjir. Efeknya cukup banyak, terlebih masyarakat telah merasakan manfaatnya. Seperti, berkurangnya genangan air di wilayah atau rumah mereka. Meminimalisir sampah organik yang terbuang atau keluar dari rumah, ketiga, jangka panjangnya adalah meresapnya air ke tanah sebagai cadangan air tanah Efek lainnya mungkin hilangnya berbagai penyebab penyakit, akibat berkurangnya genangan. Efek luasnya turut berpartisipasi dan antisipasi pada pemanasan global.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Banjir?
2. Bagaimana dampak banjir bagi lungkungan?
3. Bagaimana upya-upaya untuk menanggulngi bencana banjir?
C. Tujuan makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geologi Lingkungan dan Sumber Daya dan agar kita mengetahui apa penyabab, dampak bencana alam banjir dan bagaimana cara penanggulangannya.















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Banjir
Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air yang berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan, sumber-sumber air tersebut antara lain sungai, danau, dan laut. Genangan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber air tersebut sifatnya tidak permanen.
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai yang tidak lagi mampu menampung banyaknya air, baik air hujan, sehingga air meluap melampaui batas air. Air yang meluap tersebut juga tidak mampu diserap oleh daratan di sekitarnya, sehingga daratan menjadi tergenang. Banjir terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yang rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off), sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Hujan yang sangat deras dan dalam jangka waktu yang lama merupakan penyebab terjadi banjir yang umum terjadi di seluruh dunia. Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi , Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri. Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran-saluran yang ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Bagi sebagian besar penduduk masyarakat pinggiran sungai aliran air menyediakan kemudahan hidup bagi masyarakat sekitar, tetapi juga bisa menjadikan masyarakat tadi menghadapi resiko bencana tahunan akibat banjir. Curah hujan yang sangat deras di daerah hulu sungai dapat menyebabkan banjir bandang, karena tumpukan sampah di tempat lain atau karena penebangan liar di hulu sungai.
Banjir kilat/dadakan biasanya didefinisikan sebagai banjir yang terjadi hanya dalam waktu kurang dari 5 jam sesudah hujan lebat mulai turun. Karena banjir ini sangat cepat datangnya, peringatan bahaya kepada penduduk sekitar tempat itu harus dengan segera dimulai upaya penyelamatan dan persiapan penanggulangan dampak-dampaknya. Umumnya banjir dadakan akibat meluapnya air hujan yang sangat deras, khususnya bila tanah bantaran sungai rapuh dan tak mampu menahan cukup banyak air. Penyebab lain adalah kegagalan bendungan/tanggul menahan volume air (debit) yang meningkat, perubahan suhu menyebabkan berubahnya elevasi air laut, dan atau berbagai perubahan besar lainnya di hulu sungai termasuk perubahan fungsi lahan.
Luapan sungai berbeda dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama, meskipun proses itu bisa jadi lolos dari pengamatan sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Selain itu banjir luapan sungai kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan bisa berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Penyebabnya adalah hutan gundul, kelongsoran daerah-daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan air, ataupun perubahan suhu/musim, atau terkadang akibat kedua hal itu sekaligus. Banjir terjadi sepanjang sistem sungai dan anak-anak sungainya, mampu membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air di dataran rendah, sehingga banjir yang meluap dari sungai-sungai selain induk sungai biasa disebut ‘banjir kiriman’.
Berdasarkan pengamatan, bahwa banjir disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat.
Banjir juga dapat disebabkan oleh aktifitas manusia, penyebabnya antara lain:
a)       Perubahan kondisi DAS
Perubahan kondisi DAS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata guna lahan berkontribusi besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.
b)       Kawasan kumuh dan Sampah Perumahan kumuh (slum) di sepanjang bantaran sungai dapat menjadi penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh ini menjadi faktor penting terjadinya banjir di daerah perkotaan. Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan masih kurang baik dan banyak melanggar dengan membuang sampah langsung ke alur sungai, hal ini biasa dijumpai di kota-kota besar. Sehingga dapat meninggikan muka air banjir disebabkan karena aliran air terhalang.
c)      Drainasi lahan
Drainasi perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.
d)      Kerusakan bangunan pengendali air
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
e)      Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistim pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir banjir yang besar. Semisal, bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul ketika terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal ini mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat besar melalui tanggul yang bobol sehingga menimbulkan banjir yang besar.
f)        Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
Penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat secara liar (Illegal logging), tani berpindah-pindah dan permainan rebiosasi hutan untuk bisnis dan sebagainya menjadi salah satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi dan terjadinya banjir.

Ada 3 jenis banjir yang umum terjadi, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut.
a)      Banjir sungai
Banjir sungai pada umumnya terjadi secara berkala. Meluapnya sungai dapat terjadi karena hujan lebat atau mencairnya es atau salju di daerah hulu. Di Indonesia banjir sungai terjadi pada saat musim hujan.
b)      Banjir danau
Air danau dapat meluap ke daratan di sekitarnya antara lain karena badai atau angin yang sangat besar. Setelah badai berhenti, air danau masih dapat bergerak secara mendadak ke satu arah kemudian ke arah yang lain. Banjir danau juga dapat terjadi karena bendungan jebol.
c)      Banjir pasang
Banjir pasang dapat terjadi antara lain karena angin topan, letusan gunung berapi, gempa bumi. Gelombang pasang akibat gempa bumi dikenal dengan istilah Tsunami .
Selain itu banjir diakibatkan dari:
Sungai
·         Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
·         Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.
muara
·         Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Pantai
·         Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan). Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Manusia
·         Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.
 Lumpur
·         Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.
Lainnya
·         Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
·         Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
·         Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.
Dataran banjir merupakan daerah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah-tanah yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan-pertemuan sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.

B.     Dampak Banjir
Banjir merupakan bencana alam yang selalu merugikan kehidupan. Namun , banjir juga dapat menguntungkan bagi lingkungan. Oleh karena itu, banjir memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya.
1)      Dampak positif, yaitu menyuburkan tanah di daerah sepanjang aliran karena banjir mengangkut tanah yang subur dari hulu.
2)      Dampak negatif.
a.       Menghanyutkan tanaman dan lapisan humus tanah.
b.      Merusak rumah dan harta benda lain.
c.       Menggenangi daerah pertanian
d.      Memutus hubungan transportasi sehingga daerahnya menjadi terisolasi
e.       Persediaan air bersih menjadi berkurang.
f.       Aliran dan genangan banjir dapat menyebarkan penyakit.
Akibat bencana banjir, bangunan-bangunan akan rusak atau hancur yang disebabkan oleh daya terjang air banjir, terseret arus, daya kikis genangan air, longsornya tanah di seputar/di bawah pondasi, tertabrak/terkikis oleh benturan dengan benda-benda berat yang terseret arus, banjir dadakan akan menghantam apa saja yang dilaluinya.
 Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Ada berbagai dampak negatif banjir terhadap permukiman manusia dan aktivitas ekonomi. Namun, banjir (khususnya banjir rutin/kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran banjir. Banjir menambahkan banyak sekali nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi). Ikan seperti ikan cuaca memanfaatkan banjir untuk berenang mencari habitat baru. Selain itu, burung juga mendapatkan manfaat dari produksi pangan yang meledak setelah banjir surut.
Dampak primer
·   Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
Dampak sekunder
·   Persediaan airKontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
·   Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
·   Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
·   Pepohonan- Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
·   Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
C.    Mitigasi Bencana
Karena banjir merupakan bencana alam, tidak mungkin fenomena tersebut dicegah oleh manusia. Namun, manusia dapat melakukan upaya-upaya tertentu untuk mengurangi resiko yang diakibatkan oleh banjir. Upaya-upaya tersebut antara lain sebagai berikut.
a)      Tidak melakukan penebangan hutan di DAS bagian hulu.
b)      Melakukan reboisasi di DAS bagian hulu
c)      Membuat saluran air atau system pembuangan air yang efektif .
d)     Melakukan pengerukan sedimen di daerah hilir.
e)      Tidak membuang sampah ke saluran-saluran air.
Adapun strategi dan pendekatan minimasi dampak banjir,
1)      Pemetaan Unsur-Unsur Rawan Atau Rentan.
Dengan memetakan daerah rawan serta menggabungkan data itu dengan rancangan kegiatan persiapan dan penanggulangan. Suatu strategi dapat dirancang di daerah-daerah luapan air dengan langkah-langkah pengendalian banjir. Para perencana dapat meminta masukan dari berbagai bidang keilmuan untuk menilai risiko-risiko, tingkat risiko yang masih diterima/dianggap cukup wajar (ambang risiko) dan kelayakan kegiatan-kegiatan lapangan yang direncanakan. Informasi dan bantuan dapat diperoleh dari berbagai sumber, dari badan-badan internasional hingga ke komunitas masyarakat.
2)      Pemetaan Daerah-Daerah Luapan Air/Jalur Banjir.
Parameter kejadian banjir 100 tahun itu memaparkan areal yang memiliki kemungkinan 1% terlanda banjir dengan ukuran tertentu pada tahun tertentu. Frekuensi-frekuensi lain mungkin bisa juga dipakai, misalnya 5, 20, 50 atau 500 tahun, tergantung kepada ambang risiko yang ditetapkan untuk suatu evaluasi (Kodoati dan Sugiyanto, 2002). Peta dasar dipadukan dengan peta-peta lain dan data-data lain, membentuk gambaran lengkap/utuh tentang jalur banjir.
3)      Pemetaan Daerah Bencana-bencana Lain
Banjir sering menyebabkan (terjadi bersamaan dengan atau menjadi akibat dari) bencana-bencana lain. Agar daerah-daerah yang rawan terhadap lebih dari satu jenis bencana bisa diketahui, dilakukan penyusunan peta silang, sintetis atau terpadu. Peta ini merupakan alat yang sangat bagus untuk panduan perancangan program pertolongan dan penanggulangan. Namun peta ini masih memiliki kekurangan, yakni tidak memadai jika digunakan sebagai pedoman kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bencana yang hanya mencakup satu daerah tertentu saja atau bencana tertentu saja.
4)       Pengaturan Tata Guna Lahan
Tujuan pengaturan tata guna lahan melalui undang-undang agraria dan peraturan-peraturan lainnya adalah untuk menekan risiko terhadap nyawa, harta benda dan pembangunan di kawasan-kawasan rawan bencana (Irianto, 2006). Dalam kasus banjir, suatu daerah dianggap rawan bila daerah itu biasanya dan diperkirakan akan terlanda  luapan air dengan dampak-dampak negatifnya; penilaian ini didasarkan sejarah banjir dan kondisi daerah. Bantaran sungai dan pantai seharusnya tidak boleh dijadikan lokasi pembangunan fisik dan pemukiman. Selain itu, Badan Pertahanan Nasional beserta departemen-departemen terkait harus memperhatikan pula kawasan perkotaan. Dengan pengaturan tata guna tanah yang dilandasi data-data ilmiah dan dengan mengacu kepada potensi bencana, setidaknya bencana alam seperti banjir tidak akan diperparah oleh pengizinan pemakaian tanah yang tak mengindahkan sisi kelayakan.
5)      Kepadatan Penduduk dan Bangunan
Di daerah-daerah rawan banjir, jumlah korban tewas maupun cedera akan langsung terkait dengan kepadatan penduduk. Bila daerah itu masih dalam tahap perencanaan pembangunan atau perluasan kawasan, rencana itu harus mencakup pula kepadatan penduduk. Bila daerah itu sudah terlanjur digunakan sebagai lokasi pemukiman liar oleh pendatang yang tergolong miskin, pengaturan kepadatan penduduk bisa menjadi isu yang rawan dan peka, penduduk harus dimukimkan kembali di tempat lain yang lebih aman dengan mempertimbangkan dampak-dampak sosial dan ekonomis perpindahan itu. Sayangnya, banyak lokasi pemukiman padat penduduk terletak dijalur banjir. Bagaimanapun para perencana pengembangan daerah dan penataan ruang harus mengambil langkah-langkah bijak untuk memperbaiki pemukiman itu dan menekan kerentanan terjadinya bencana/banjir.
6)      Larangan Penggunaan Tanah Untuk Fungsi-Fungsi Tertentu.
Suatu daerah/kawasan yang menjadi ajang banjir sedikitnya rata-rata 1-2 kali tiap 10 tahun terjadi banjir bandang, diyakini dan disarankan tidak boleh ada pembangunan skala besar di daerah itu. Pabrik, perumahan dan sebagainya sebaiknya tidak diizinkan di bangun di daerah ini demi kepentingan ekonomis, sosial dan keselamatan para penghuninya sendiri. Daerah tersebut bukan berarti sama sekali tak bisa dimanfaatkan, namun pemanfaatannya lebih disesuaikan untuk kegiatan-kegiatan dengan potensi risiko lebih kecil misalnya arena olah raga atau taman. Prasarana yang bila sampai rusak akan membawa akibat buruk yang besar.
Peranserta masyarakat diperlukan dalam minimasi bencana banjir. Oleh karena itu diperlukan beberapa pendekatan, antara lain:
a.       Peringatan bahaya banjir disebarkan di tingkat desa/kalurahan,
b.      Kerja bakti untuk memperbaiki dasar dan tebing sungai, membersihkan kotoran yang menyumbat saluran air, membangun tanggul dengan karungkarung pasir atau bebatuan, menanami bantaran sungai (penghijauan),
c.       Rencana pemulihan pertanian pasca-banjir, antar lain dengan menyimpan benih dan persediaan lain di tempat yang paling aman dan ini dijadikan tradisi.
d.       Perencanaan pasokan air bersih dan pangan seandainya bencana memaksa pengungsian.
Program-program untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang bahaya banjir, meliputi :
1)      Penjelasan tentang fungsi-fungsi bantaran sungai dan jalur banjir, lokasinya serta pola-pola siklus hidrologi
2)       Identifikasi bahaya rawan banjir mendorong perorangan untuk memperbaiki daya tahan bangunan dan harta mereka agar potensi kerusakan/kehancuran dapat ditekan
3)       Menggugah kesadaraan masyarakat tentang arti penting rencana–rencana dan latihan–latihan penanggulangan serta pengungsian
4)      Mendorong tanggung jawab perorangan atas pencegahan dan penanggulangan banjir dalam kehidupan sehari–hari
5)       Pada praktik bertani harus memperhatikan dampak lingkungan, jangan menggunduli hutan dan hulu sungai saluran air harus dipelihara dan sebagainya.

Keselamatan pembersihan

Aktivitas pembersihan setelah banjir biasanya mengancam pekerja dan relawan yang terlibat. Bahaya-bahaya mengancam tersebut yaitu air berpolusi yang tercampur dengan selokan bawah tanah, bahaya listrik, terpapar karbon monoksida, bahaya otot tengkorak, hipertermia atau hipotermia, bahaya kendaraan bermotor, kebakaran, tenggelam, dan terpapar bahan berbahaya. Karena daerah banjir tidak stabil, pekerja pembersih bisa saja menemukan puing-puing tajam, bahan biologis dalam air banjir, kabel listrik, darah atau cairan tubuh lain, dan sisa-sisa hewan dan manusia. Dalam merencanakan dan merespon bencana banjir, manajer harus menyediakan helm keras, kacamata, sarung tangan kerja, jaket keselamatan, dan sepatu bot kedap air berlapis besi kepada para pekerja.
Banyak pihak mengatakan bahwa kehilangan vegetasi (deforestasi) akan mendorong peningkatan risiko. Dengan hutan alami yang mencegah banjir, durasi banjir akan berkurang. Mengurangi tingkat penebangan hutan akan mengurangi pula insiden dan tingkat keparahan banjir.  Prinsip kerja sistem drainase perkotaan ini adalah mengalirkan air di permukaan tanah secepatnya agar tidak menimbulkan genangan air yang bisa mengganggu aktivitas kehidupan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Jika sampai terjadi genangan air hingga membesar menjadi banjir, maka tentu saja dapat menimbulkan kerugian sosial, ekonomi dan kesehatan lingkungan.
Secara umum, drainase mempunyai berbagai macam fungsi, yaitu: 1) Menghindarkan suatu wilayah terutama yang padat pemukiman penduduk dari genangan air dan banjir, 2) Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan sehingga memperkecil timbulnya penyakit-penyakit seperti malaria, diare dan lain-lain, 3) Menghindarkan tanah basah dan lembap, dan 4) Memperkecil risiko kerusakan stuktur tanah sehingga tidak mengganggu konstruksi bangunan atau jalan di perkotaan. Upaya mengoptimalkan fungsi drainase di wilayah perkotaan sering terkendala faktor padatnya lahan perkotaan dengan permukiman penduduk dan bangunan lainnya. Hal ini berimbas pada terbatasnya ketersediaan lahan untuk pengembangan sistem drainase perkotaan. Selain itu, sering juga dijumpai masalah tertutupnya saluran drainase oleh sebuah bangunan sehingga saat pemeliharaan dengan pengerukan sulit dilakukan. Akibatnya, saluran drainase hanya sebagian saja yang bisa dinormalisasi fungsinya.
Saluran drainase pun sering tak berfungsi karena aliran air tersumbat oleh sampah yang menumpuk. Perilaku membuang sampah sembarangan ini berujung pada tingginya pemeliharan saluran drainase karena harus selalu rutin dibersihkan dan dirawat agar tidak rusak. Sedang kondisi yang lebih parah adalah tidak terintegrasinya pembangunan sistem drainase dan sistem infrastruktur lainnya seperti pembangunan jalan, jaringan pipa PDAM dan jaringan kabel telepon bawah tanah.

















BAB III
SIMPULAN

A.Simpulan
Terdapat dua katagori penyebab banjir, yaitu akibat alami dan akibat aktivitas manusia. Dalam kaitannya terjadinya banjir, maka terdapat metode pengendalian banjir, yaitu metode struktural dan non-struktural. Metode struktural ada dua jenis yaitu Perbaikan dan pengaturan sistem sungai yang meliputi sistem jaringan sungai, normalisasi sungai, perlindungan tanggul, tanggul banjir, sudetan (shortcut) dan floodway; dan Pembangunan pengendali banjir yang meliputi bendungan (dam), kolam retensi, pembuatan check dam (penangkap sedimen), bangunan pengurang kemiringan sungai, groundsill,retarding basin dan pembuatan polder. Sedangkan metode non struktural adalah pengelolaan DAS, yaitu pengaturan tata guna lahan, pengendalian erosi, peramalan banjir, partisipasi masyarakat, law enforcement, dsb. Pengelolan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi tanah. Untuk itu diperlukan sikap kebersamaan multistakeholder dan keterlibatan masyarakat yang mendukung sepenuhnya.














DAFTAR PUSTAKA
Hestiyanto,Yusman.2002.Geografi SMA kelas 1.Jakarta:Yudhistira
www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar